Sunday, April 05, 2009

Sahabat bermata coklat

Jumat, 27 Maret 2009
Alhamdulillah, hari ini aku bertemu dengan "sahabat"ku, sahabat yang 5 tahun lalu meninggalkanku menuju pulau nan jauh, Papua.

Sekarang, dia masih : realistis. Ya aku ingat istilah itu di akhir emailnya 5 tahun yang lalu : be realistic, he said.

Tadi, dia banyak bercerita dan sepertinya dia akan kembali lagi ke Papua beberapa bulan mendatang. Tujuan dia datang ke Klaten adalah belajar 'ilmu' baru untuk membuka bisnis di sana, setelah sekian bisnis dan kerjaan berhasil ia geluti hingga saat ini. Bisnis barunya : Toko Kue Tart di Jayapura, wow?!? what a very realistic thing?! Belum banyak yang jual kue tart di Jayapura katanya.

Dia juga bercerita mengenai hal lain. Membuatku memiliki lebih banyak sudut pandang dalam menilainya. Di satu hal dia begitu curiga,di hal alin dia berprasangka baik. Hmm, ada juga hal-hal yang tidak dia katakan secara gamblang. Dia begitu hati-hati namun pikirannya kaya. Aku iri.

Cerita-ceritanya mengusik anganku tentang teman-teman SMA-kita. Begitu banyak yang berubah. Ku kira tak sedikit di antara mereka mengalami saat-saat penting. Saat di mana sebuah keputusan harus diambil. Kadang dibutuhkan keberanian besar dan terbukti mereka melaluinya dengan baik.

Satu yang paling kurindukan dari sahabatku adalah mata coklatnya. ya, mata coklat yang memancarkan kecerdasan, kedewasaan, ketabahan rasa sayang serta misteri. Kemudian, sembari mengamati mata coklatnya, aku menyadari bahwa baru kali ini dia bicara dengan santai denganku, selayaknya teman biasa. Dulu...sama sekali tidak seperti ini.

Kenangan terangkat. Bagaimana dulu aku menyimpan sebuah perasaan istimewa tentangnya. Bagaimana aku melewati hari hanya memandangnya tanpa berani mendekati. Bagaimana dia membuatku begitu penasaran terhadap sosok lelaki.

Sungguh, kita tak pernah bicara sesantai ketika pertemuan itu.

Sahabat, aku masih ingin berbicara denganmu. Membahas bagaimana kau, aku, kita, dulu, kini dan masa depan. tak cukup hanya satu jam tentu, bahkan sehari pun tak bisa selesai.

"Sahabat, datanglah malam ini,
meski hanya sejenak,
aku merindukanmu,
masih merindukanmu"

Kira-kira,apa yang sahabatku pikirkan saat ini?
Dia tak jua datang menemuiku.
Mungkin aku pun orang yang bodoh,
menganggap masa kini akan sama dengan masa lalu. Kenangan tinggal kenangan. Dia dan aku melangkah ke arah yang berbeda. Sejak 5 tahun yang lalu.
Aku tak bisa menemukan jawab, seperti apa jika kita bersama sekarang.

Aku bahagia, sungguh bahagia dipertemukan denganmu sahabat. Maka aku harus membuat keputusan seberani, setegas dan setangguh teman-teman SMA-kita, bahwa aku akan melangkah. Inilah aku kini, sahabatku.

Minggu, 29 Maret 2009
Semalam, sahabatku tak datang
aku menunggu
berharap dia lah yang tiba di pintu itu.
aku dengan sabar menanti
detik demi detik hingga ujung malam
sahabatku tetap tak datang.

Ya Allah, cobaan mana lagi ini? Aku hanya makhlukmu yang lemah, mudah terbawa nostalgia dan angan, Engkau tahu aku menyayangi sahabatku, dulu dan mungkin kini...

Hari ini aku berangkat ke Bandung,
sahabatku menyusul
namun kita tetap tak bertemu
setelahnya, aku hanya bisa bertanya dalam hati
cobaan mana lagi ini?
akankah aku dan sahabatku bisa bersua kembali?

No comments: