Monday, September 25, 2006

Something New: Herpetologi

Hari Sabtu tanggal 23 September kemaren, aku bertemu dan ngobrol
dengan temanku satu organisasi. Lama nggak ketemu dia,
ternyata dia tambah cakep dan keren dengan gaya harajukunya.

Tapi bukan itu yang penting.

Berita terbaru dari dia adalah, sekarang dia asyik dalam komunitas barunya yaitu klub herpetologi (di bawah naungan Fak Biologi UGM sepertinya).
Wah, kata herpetologi itu masih asing ditelingaku.

Akhirnya dia menceritakan tentang kegiatan barunya itu.
Konon... (cie!) setelah berita hangat tentang Steve Irwin yang meninggal akibat disengat ikan pari, muncul, kajian tentang herpetologi mulai banyak digemari. Sebenarnya bukan setelah Steve mati sih, tapi karena acaranya di TV yang booming itu, The Discovery Channels yang ngutak atik tentang buaya, ular dan semacamnya. Terus pas dia mati,tambah banyak yang suka sama herpetologi getoo.

Apa sih herpetologi?

Herpetologi secara gampangnya adalah ilmu yang mempelajari tentang reptilia dan amphibia. Tapi secara harfiahnya, herpeto dari herpeton yang artinya hewan yang jika berdiam diri dan berjalan, perutnya menempel dengan tempat dimana dia berada, terus logi dari logos yang artinya ilmu. Jadilah herpetologi, ilmu yang mempelajari bla bla bla itu!

Lebih spesifik lagi, obyek yang dipelajari dibagi menjadi 5 divisio. Antara lain : serpentes (bangsanya ular), testudinata (bangsanya kura-kura), lacertilia (bangsa kadal, cecak, tokek), terus corcodilia (bangsanya buaya! kalau buaya darat gak tau tuh termasuk apa nggak!), sama yang terakhir amphibia(bangsa kodok dan katak*).
Kenapa ku kasih tanda bintang? Soalnya katak ma kodok tu ternyata beda sodara-sodara!
Katak dengan nama kerennya rana memiliki anatomi tubuh lebih ramping dengan kulit halus.
Sementara kodok dengan nama keren bufo, memiliki anatomi tubuh lebih gendut dan kulit berkutil.

Sekian laporan dariku...

Di Gapura ini, Tergantung Cita-Cita UGM

Tau nggak sih, Gapura UGM yang WAH itu, ternyata terinspirasi dari bentuk Candi Bentar yang dibangun pada masa Kerajaan Majapahit lho! Pada masa itu jualah, Mahapatih Majapahit, Gadjah Mada hidup.

Gapura setinggi 19 meter tersebut didesain oleh seorang arsitek dari UGM sendiri yang bernama Soewandi Indanu.Mengapa tingginya 19 meter? Karena angka 19 adalah
tanggal kelahiran UGM (19 Desember 1949. RED). O iya, bulan kelahirannya juga disimbolkan dengan tinggi bagian belakangnya. Yaitu tinggi susunan elemen garis-garis haorizontal dari plat stainless steel yang mencapai 12 meter. Jumlah platnyasendiri ada 49 buah, yang mengisyaratkan tahun berdirinya UGM.

Nah, bentuk gapura yang menjulang menghadap langit itulah yang melambangkan bahwa UGM mempunyai cita-cita menyongsong masa depan yang lebih baik.

(Disarikan dari Bulaksumur Pos edisi Dies Natalis UGM 56. Dapat diakses di www.skmbulaksumur.ugm.ac.id)