Wednesday, August 14, 2013

Tidak Sekedar Memberi

Buku-buku untuk TBB (Ida Arsiyanti)
Fai telah menerima surat balasan saya. Itulah kabar yang disampaikan oleh Ardi Wilda melalui tweetnya sekitar Bulan September 2012. Fai, Siswa SD Negeri Margajaya 01, Tulang Bawang Barat, Provinsi Lampung itu sebelumnya mengirimkan kartu pos kepada saya berisi ucapan Selamat Idul Fitri. Saya bahkan sudah tidak ingat kapan terakhir kali menerima kiriman kartu pos berprangko seperti yang saya terima dari Fai.

Korespondensi tersebut bermula dari inisiatif Ardi Wilda (Awe), Pengajar Muda penempatan Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sebelum lebaran, ia bersemangat sekali mempromosikan di Twitter bahwa murid-muridnya akan mengirim kartu pos kepada siapa pun yang bersedia menerima. Saya, yang memang hobi berkorespondensi, langsung mendaftar.

Sehabis cuti Lebaran, kartu pos Fai saya terima, lantas saya buatkan balasan dalam bentuk surat dua halaman dan saya hiasi dengan foto-foto Museum Geologi dari Kota Bandung dan foto Gedung Telkom tempat saya bekerja. Tak lupa saya tempel gambar Relawan Bakti Bagi Negeri etape Tulang Bawang Barat di surat itu.

Ya, 28 Juli 2012, lebih dari satu tahun yang lalu, Relawan Bakti Bagi Negeri 'mendorong sekoci' berisi 3.500 buku-buku ke sana. Sekolah Fai adalah salah satu yang mendapatkan 500 eksemplar buku-buku dari para donatur Bakti Bagi Negeri. Saat itu pula lah saya dan Relawan lainnya bertemu para Pengajar Muda. Tak disangka juga, salah satu Pengajar Muda itu adalah adik kelas saya di bangku kuliah. Dia lah Ardi Wilda yang saya ceritakan di atas. Kegiatan Bakti Bagi Negeri etape Tulang Bawang Barat pun menjadi reuni kecil bagi kami.
Para Pengajar Muda TBB (Ida Arsiyanti)

Kunjungan kami ke Tulang Bawang Barat singkat sekali. Kami disambut oleh para pengajar muda di tengah terik siang hari Bulan Ramadhan. Kemudian seremonial penyerahan buku dan acara kebersamaan digelar sore hari hingga menjelang buka puasa. Setelah itu kami kembali pulang pada malam harinya.

Meski singkat, rupanya para relawan mendapatkan inspirasi dan semangat yang luar biasa dari sana. Masih membekas dalam ingatan, wajah-wajah gembira anak-anak berebut menjawab pertanyaan dari kami, demi mendapat sebungkus coklat. Menggelitik sekali, ketika salah satu relawan dipilih oleh murid-murid sebagai relawan terkeren hanya karena kulitnya putih. Mereka memiliki mindset orang berkulit putih itu cantik atau ganteng.

Paling berkesan adalah saat kita berbincang dengan pengajar muda, bagaimana cerita mereka hingga mereka merasa terpanggil bahkan rela keluar dari pekerjaan mapannya hanya untuk mengajar di daerah pelosok. Melihat mereka menjadi guru dengan ‘taktik’ yang seolah tak pernah habis untuk mengatur murid-murid mereka, saya hanya bisa berkomentar  “WOW!”.  Satu lagi yang menarik, asli! Mereka tidak pernah mengeluh. Jangankan mengeluh, memiliki persepsi negatif pun sangat jarang.

Mungkin saya adalah orang yang ke seratus juta yang menyatakan kekaguman saya terhadap kontribusi para pengajar muda. Tapi memang nyata adanya bahwa negri ini butuh kaum-kaum idealis seperti mereka untuk membantu mensejahterakan penduduk pelosok yang belum terjamah pendidikan berkualitas. Jujur, motivasi saya pergi ke Tulang Bawang Barat yang utama adalah melihat dari dekat pengabdian mereka. Karena saya sendiri, walau memiliki keinginan untuk bisa seperti mereka, namun tetap saja terkendala oleh ciutnya niat saya meninggalkan kenyamanan bekerja di sebuah korporasi besar seperti Telkom.

Sore itu, di dekat sumur, sewaktu mengambil wudlu untuk solat Asar, sebuah ajakan terlontar dari Annisa, pengajar muda yang setia berkoordinasi dengan saya dalam menyiapkan acara. “Mba, mba masih 26 tahun dan belum menikah, coba saja bergabung, tidak tertutup kemungkinan untuk diterima kok”.

Tentu saja, saya hanya bisa tertegun, karena jauh dalam hati saya, saya tahu bahwa saya belum seberani mereka. Tapi saya berharap, keberanian saya menempuh perjalanan yang cukup singkat persiapannya ini hanya demi mendapatkan inspirasi dari mereka, suatu saat nanti bisa membuahkan keberanian lain di diri saya yang tak kalah besar dari mereka.

An eternal inspiration worth to be found. Thank you guys :)


(catatan perjalanan mengantar 3.500 buku-buku ke pelosok Tulang Bawang Barat, mulai ditulis setahun yang lalu dan baru diselesaikan saat ini, better late than never)

Friday, May 31, 2013

Tata cara Bertamu pun Diatur dalam Al Qur'an

Beberapa waktu yang lalu, saya, bapak, ibu dan adek pergi ke rumah rekan kerja ibu. Rumahnya tidak jauh dari pusat kota. Begitu sampai di rumah tersebut, hanya ibu yang turun dan menuju ke rumah yang dimaksud. Ternyata ibu menemukan rumah rekan kerjanya dalam keadaan sepi dan pintu depan terbuka lebar.

Awalnya ibu mencoba memanggil nama rekannya beberapa kali. Karena tidak ada sahutan lantas ibu memutuskan untuk masuk begitu saja ke dalam rumah tanpa seizin pemilik rumah. Beberapa saat kemudian ibu keluar tanpa hasil, sebab rumah tersebut sepi, entah ditinggal kemana oleh penghuninya. Ibu pun kembali ke mobil.

Melihat hal tersebut, bapak menegur ibu. Tidak baik masuk ke rumah orang tanpa seizin pemiliknya. Kendati rumah tersebut adalah rumah orang yang kita kenal sekalipun. Bapak berkata, hal tersebut juga di atur di Al Quran. Saya meng-iya-kan teguran bapak, kebetulan dua atau tiga hari sebelumnya saya membaca terjemahan ayat Al Quran mengenai hal ihwal bertamu.

Terjemahan tersebut tertulis sebagai berikut :

"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat.

Dan jika kamu tidak menemui seorang pun di dalamnya, maka janganlah kamu masuk sebelum kamu mendapatkan izin. Dan jika dikatakan kepadamu 'Kembalilah!' Maka (hendaklah) kamu kembali. Itu lebih suci bagimu, dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Tidak ada dosa atasmu memasuki rumah yang tidak dihuni, yang di dalamnya ada kepentingan kamu; Allah mengetahui apa yang kamu nyatakan dan apa yang kamu sembunyikan." (QS. An-Nuur, 27-29)

Di bagian lain dari Surat tersebut juga diatur kewajiban mengucapkan salam saat memasuki rumah,

"Apabila kamu memasuki rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik di sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(Nya) bagimu, agar kamu mengerti" (QS. An-Nuur, 61)

Bapak saya lalu melanjutkan tegurannya. "Maksudnya dari larangan masuk rumah orang tanpa izin sebetulnya menghindarkan kita dari fitnah. Kalau para tetangga tahu bahwa kita masuk rumah seseorang tanpa izin, kemudian terjadi hal-hal yang tidak diinginkan seperti pencurian, walaupun kita tidak melakukan, kita juga akan kena getahnya".

Subhannallaah, Islam itu indah. Hal-hal kecil pun diatur supaya tidak timbul dampak negatif. Mari kita selami lebih jauh aturan-aturan yang sesungguhnya sudah dituangkan Allah dalam Al-Quran. Dan semoga kita tetap dalam bimbingan-Nya.

Wallaahu'alam bishowab. Allah Almighty Knows Best.


Wednesday, May 08, 2013

Inspirasi dari Sang Pembeda Benar dan Salah

Seorang bapak memasuki ruangan dan berjalan mendekati tempat duduk saya. Saya sendiri masih serius dengan laptop dan pekerjaan saya ketika bapak tersebut membuyarkan keseriusan saya dengan menawarkan dagangannya. Satu set DVD film seri yang berjudul Umar bin Khattab orisinil seharga Rp. 100.000. Tawarannya langsung menyita perhatian saya. Saya memang sudah lama berniat membeli DVD film seri itu di mamang penjual DVD bajakan depan kantor, eh ini ada yang nawarin orisinil. Tanpa berpikir panjang saya penuhi saja tawaran bapak tersebut.

Sampai rumah, dengan bersemangat saya langsung nonton itu DVD. Aura padang pasir menyeruak, karena bahasa yang dipakai tentu saja bahasa Arab. Kata temen saya, kalau nonton film ini bawaannya pengen bilang 'aamiiin...aamiiin...'. Tapi syukur ada subtitle Indonesia-nya (ya iya lah, kalau ngga, ngga bakal saya beli, puyeng juga karena ga punya kamus bahasa Arab).

Kesan pertama lainnya saat nonton film ini pertama kali adalah ngga bisa membedakan para tokohnya. Mungkin karena aktornya orang Timur Tengah, brewokan, pakai sorban dan namanya hampir sama semua, kalau ngga pakai 'Abu' ya pasti 'Abdullah'. Yaa terserah deh, nyemplung nonton aja dulu yang penting.

Beberapa saat film keputer, saya baru sadar bahwa alur film-nya adalah flashback. Flashback dari tokoh utama yaitu Umar bin Khattab beberapa saat sebelum berakhir masa kekhalifahannya. Tapi lama-kelamaan saya terbawa juga oleh ceritanya. Apalagi film ini diawali dengan monolog yang sangat menginspirasi. Dalam monolog itu Umar berkata,

"Ya Allah berikanlah aku harta yang tidak terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit. Harta yang terlalu banyak akan melalaikanku dalam mengingatMu. Sedangkan harta yang terlalu sedikit akan melemahkanku. Namun harta yang sedikit lebih baik asalkan aku tetap dekat denganMu".

Selanjutnya cerita bergulir, diikuti dengan kisah Umar pada masa jahiliyah, sebelum Muhammad 'ditetapkan' sebagai Nabi. Disebut masa jahiliyah atau masa kebodohan, karena waktu itu Kaum Quraisy sebagai penjaga Ka'bah, malah menyembah berhala yang mereka anggap perantara dengan Allah. Selain itu berlaku sistem perbudakan. Kedudukan yang dianggap baik adalah mereka yang memiliki harta, dan keturunan yang paling baik adalah mereka yang termasuk Kaum Quraisy.

Film yang terdiri dari 30 episode dan dibagi dalam 4 keping DVD ini, separuhnya sebenarnya menceritakan juga mengenai kisah kenabian Muhammad SAW. Selebihnya menceritakan kisah Khalifah Abu Bakar as-Sidiq dan Khalifah Umar bin Khattab hingga akhir hidupnya.

Hasil saya browsing; film ini sebenarnya sangat kontroversial. Sebab, film ini berani menampilkan Khalifaur Rasyidin dan para sahabat Nabi Muhammad SAW secara utuh dalam tokoh-tokohnya. Yang mana sebagian ulama dan ahli Agama Islam berpendapat bahwa hal itu tidak boleh dilakukan. Diantara yang menentang film ini adalah Universitas Al Azhar dan sebuah lembaga penting Kerajaan Arab Saudi.

Kendati demikian, tidak sedikit pula yang mendukung dibuatnya film ini, tentu saja mereka berpendapat bahwa film ini merupakan usaha menyebarkan syiar Islam yang bagus di dunia. Lagipula, film ini memang tidak sembarangan dibuat. Dilibatkan pula di dalamnya para ulama dan ilmuwan Islam supaya tidak melenceng dari yang diriwayatkan. Saya sendiri termasuk yang mendukung film ini, karena saya merasa mendapatkan manfaat di dalamnya dalam rangka eksistensi saya sebagai seorang Muslim.

Film ini memberikan gambaran yang utuh kepada saya bagaimana Islam lahir dan berkembang sebagai agama Tauhid yang memiliki benang merah dengan ajaran nabi-nabi sebelumnya yaitu Musa dan Isa. Saya semakin mencintai Islam berkat film ini. Film ini benar-benar menunjukkan penyebaran Islam secara damai, tidak membeda-bedakan tingkatan manusia serta menghormati pemeluk agama lain yang sama-sama menyerukan kedamaian.

Kemudian, seperti menyiram kehausan saya akan pemimpin yang bijaksana dan merakyat, sungguh sosok Rosulullah, Khalifah Abu Bakar dan Umar bin Khattab adalah sosok pemimpin yang sangat ideal. Saya ingat sekali cerita ketika pidato pertama Abu Bakar saat diangkat menjadi khalifah,

"Taatilah aku bila aku benar dan luruskan aku bila aku salah, ikuti aku bila aku mengikuti jalan Allah dan Rosul-Nya dan tinggalkan aku bila aku menyimpang"

Saya kemudian membayangkan pemimpin di bagian dunia mana sekarang ini yang mau berkata seperti ini. Belum lagi menyimak tauladan kepemimpinan Umar yang dijuluki Al-Faruq (pembeda yang benar dan yang salah). Orang mana yang malah takut waktu diminta jadi pemimpin, takut tidak adil dan mengabaikan urusan rakyatnya, kalau bukan Umar. Saat rakyat Madinah menderita bencana kekeringan pun, dia rela hanya makan sedikit roti dan minyak zaitun setiap harinya, sampai bencana itu berlalu.

Di bawah pimpinan Umar, umat Islam berhasil memperluas daerah meliputi semenanjung Arab, Persia, sebagian jajahan Romawi hingga Mesir. Ia juga mempelopori diterapkannya sistem pemerintahan yang akuntabel. Umar pun gemar sekali turun langsung mengawasi kondisi rakyatnya. Dia juga lah yang memutuskan bahwa Umat Nasrani di Yerusalem dilindungi oleh kekhalifahan Islam dan tetap dibebaskan menjalankan agama mereka walau daerahnya berada di bawah kekuasaan Islam.

Suatu hari, dikisahkan seorang Jendral Romawi yang penasaran dengan sosok Umar sebagai Raja Bangsa Arab mengunjunginya di Madinah dan malah mendapati Umar tidur pulas di pinggir jalan. Sontak Jendral itu berkomentar,

"Pantaslah kamu memimpin pasukan yang berani dan dapat mengalahkan kami, karena berbeda dengan pemimpin lain yang tidak bisa tidur memikirkan harta dan kekuasaannya, sedangkan kamu begitu sederhana dan bisa tertidur pulas di mana saja"

Beberapa tadi sedikit kisah dalam film. Masih banyak rangkaian kisah inspiratif nan menyentuh yang saya peroleh di dalamnya. Film ini pun akhirnya menggugah saya untuk lebih mendalami sejarah peradaban Islam yang pernah berjaya di abad ke 7 dan 14 (dan diramalkan akan kembali berjaya menjelang Hari Kiamat), serta menjadi landasan berkembangnya peradaban Eropa dan Dunia.

Saya sangat menganjurkan film ini untuk ditonton.

Karena saya bahkan sedang menontonnya untuk kedua kali.



Friday, March 15, 2013

Gugup Menaklukkan Malaikat

Ini adalah perjalanannya yang kedua, namun dia tetap merasa gugup. Ada saja yang dia risaukan. Sesekali dalam pikirannya, dia mencoba memastikan, hal apa yang mungkin saja tertinggal.


Pagi benar rombongan telah berangkat. Keperluan perjalanan telah disiapkan semalam sebelumnya hingga larut. Buku-buku yang akan diantar pun tak puas hanya ditempatkan dalam kardus. Didandani pula tumpukan itu dengan plastik bening, label berwarna dan dibungkus bak kado ulang tahun.


'Dandanan kali ini bahkan lebih sempurna daripada buku-buku yang aku antarkan ke pelosok hutan karet di Tulang Bawang Barat' gumamnya dalam hati hanya untuk menepis rasa gugupnya.
 
Sebenarnya, yang membuat dia lebih gugup adalah amanah untuk memeriahkan acara di tempat yang akan menjadi tujuan. Berilah dia seruangan penuh bapak-bapak atau ibu-ibu kantor, kalau tidak pun panggil ratusan teman sebayanya, maka akan dibuatnya tertawa seisi ruangan. Hanya, keberuntungan membawanya lagi-lagi bertemu dengan anak-anak kecil. Bagi dia, anak-anak itu adalah makhluk yang belum bisa dikenalnya. Sudah begitu, mereka tinggal di pelosok, susah lagi dia menebak bagaimana tingkah laku mereka.


Satu pertanyaan di kepalanya bergelayut mengalahkan jalan terjal berbukit yang dilalui sejak enam jam perjalanan: 'bagaimana caraku membuat mereka tertawa bahagia?'
 
Sial saja, tak genap dia melamunkan jawaban pertanyaan tunggalnya, mobil sekonyong-konyong merapat di depan sebuah sekolah. Ratusan anak SD berbaris, bertepuk tangan dan bernyanyi menyambut rombongan. Guru-guru pun tak kalah melebarkan senyumannya, senang bukan kepalang kedatangan tamu dari kota yaitu para pengantar buku.


Lebih karena tak sempat berpikir lagi, dia kubur dalam-dalam rasa gugupnya. Lagipula dia merasa dia tidak sendiri. Ditengoknya ke belakang, dia percaya teman-temannya akan membantu menghadapi malaikat-malaikat kecil ini. Riuh tepukan dan nyanyian penyambutan agaknya cukup berhasil membuat haru suasana dan mencairkan teriknya matahari siang itu.


"Tepuk Telkom!"
 
Prok prok prok
 
"Kring kring!"
 
Prok prok prok
 
"Kring kring"
 
Prok prok prok
 
"Hallooooooo....whuussssshhh...."
 
Bukan main senangnya anak-anak itu menirukan tepuk Telkom. Semangat sekali mereka bersama-sama rombongan pengantar buku yang didaulat menguasai panggung 2x2 meter itu. Panggung yang terbuat dari meja kelas digabung menjadi satu dan diberi atap bambu. Kecil tapi kokoh.


Beberapa anak antusias bergabung di panggung, mereka malu-malu tatkala ditanya
 
'suka baca buku apa?'
 
Dan satu anak menjawab cepat,
 
'LKS......!'
 
Sontak semuanya tertawa. Rupanya tak ada buku yang berkesan buat anak-anak itu selain Lembar Kerja Siswa atau LKS. Tahukah mereka Doraemon? Tahukah mereka Mickey Mouse? Atau apakah ada dari mereka yang suka dengan Gatotkaca?


Bakti Bagi Negeri #Etape 11 Lebak, Banten
Siang itu, sembari melambaikan tangan kepada sosok-sosok kecil yang berlalu satu per satu dari pekarangan sekolah, dia memulai lagi roda-roda pikirannya. Rasa gugupnya belum juga mati, kendati begitu dia kini mengerti satu cara untuk membuat anak-anak tertawa bahagia. Jangan berfikir terlalu banyak, berbahagialah dengan mereka secara sederhana, lakukan apa saja bersama mereka. Sebab, anak-anak itu adalah kanvas polos yang masih sanggup menampung segala kebahagiaan.

Buku-buku itu masih berjajar rapi di panggung, walau warga sekolah sudah beranjak. Buku-buku telah diantarkan. Dia menatapnya lama dan berdoa, semoga buku-buku ini mampu melukiskan kebahagiaan lainnya di kanvas polos para malaikat kecil itu. Kebahagiaan melalui cerita-cerita, gambar-gambar dan ilmu-ilmu di dalamnya.

Hari itu, dia tetap saja gugup, menanti perjalanan selanjutnya bertemu malaikat-malaikat kecil lainnya.

---

Tulisan ini adalah cacatan kecil perjalanan pendistribusian buku, Gerakan Setengah Juta Buku untuk Anak Indonesia melalui Bakti Bagi Negeri, Etape 11 Lebak, Banten. Berbagi buku, berbagi inspirasi, salurkan donasimu, klik baktibaginegeri.org 



Friday, February 22, 2013

Belajar Tenggelam

"Kau harus belajar tenggelam. Menyerahkan semuanya pada air. Tenang, jangan takut dan jangan melawan. Bernafaslah, kau tahu kau bisa bertahan di dalamnya. Biarkan air membawamu dengan dominasinya. Pasrah seperti kau memasrahkan hidupmu pada Tuhan"

Bersama suara itu, aku mengambil nafas. Masuk ke dalam air sambil melingkarkan tangan di lutut. Membatu. Tenggelam. Dan benar saja, air mulai mengangkatku pelan, perlahan menuju ke permukaan. Sesekali aku masih takut dan panik. Tapi aku mencobanya lagi dan lagi.

"Sekarang coba rentangkan kaki dan tanganmu. Tetap tenang dan ikuti kemauan air. Pasrahkan semuanya. Cobalah mengambang. Apabila kau sudah cukup yakin telah menyatu dengan air, mulai ayunkan tanganmu. Rasakan bahwa bersamanya kau dapat bergerak ke arah yang kau mau"

Ajaib. Aku bergerak, aku mengambang dan tidak tenggelam.

Lebih dari belajar berenang, ternyata hari itu aku kembali mengingat satu pelajaran penting kehidupan: tawakal.










Thursday, February 21, 2013

Cahaya Islam di Bumi Eropa, Sebuah Resensi

Saya merasa ketinggalan berita. Seperti para penyuka gosip artis yang telat nonton infotainment seharian. Kemana saja saya selama ini, karena saya baru tahu bahwa peradaban Islam (Timur Tengah) pernah sangat berpengaruh terhadap perkembangan peradaban Eropa. Mungkin pas pelajaran sejarah di SMA dulu saya lebih banyak mengantuknya daripada memperhatikan apa yang dijelaskan guru. Haduh, payah sekali saya ini. Secuil hal yang saya ingat tentang Eropa hanyalah Revolusi Industri dan Renaisans.

Saya patut berterima kasih pada Mba Hanum, penulis buku "99 Cahaya di Langit Eropa, Perjalanan Menapak Jejak Islam di Eropa" yang memberikan saya pengetahuan tentang Islam sebelum Abad Pertengahan (Middle Ages). Terima kasih pada Allah yang telah mengizinkan Mba Hanum dan suaminya, Mas Rangga, untuk bisa tinggal di Wina, Austria, sehingga beliau-beliau ini bisa menularkan pengetahuan tentang kejayaan Islam di Eropa.

Satu penggalan kisah di awal cerita Mba Hanum yang saya hafal adalah pengalamannya berkunjung ke sebuah bekas benteng perang di Wina. Ketika Mba Hanum dan temannya dari Turki bernama Fatma, mampir ke cafe di seputaran benteng tersebut.

Diceritakan kembali bahwa di dalam cafe, terdengar beberapa orang turis bule sedang bercakap-cakap. "Tahukah kamu cara yang bagus untuk mengejek orang Islam?" kata salah satu di antaranya. Setelah berkata seperti itu, dia memakan sebuah kue croissant dengan rakusnya. Kemudian temannya yang lain bertanya "Mengapa demikian?". Karena, kue croissant ini dibuat orang Austria untuk merayakan kemenangannya melawan pasukan Muslim Turki Ottoman. Sebab, lambang negara Turki dan lambang Islam adalah bulan sabit, maka kue ini dibuat berbentuk bulan sabit.

Ya ampuuun, ternyata kue kesukaan saya itu, menyimpan sejarah sedemikian rupa. Akhirnya, sekarang kalau beli kue croissant saya memilih kue yang bentuknya lurus :P

Melangkah ke halaman lainnya, Mba Hanum bercerita mengenai kisahnya saat diberi kesempatan berjalan-jalan ke Paris didampingi oleh seorang Muslimah berkebangsaan Perancis bernama Marion. Marion adalah peneliti peradaban Islam Abad Pertengahan. Marion yang ahli membaca tulisan Arab Kufic, salah satu jenis tulisan Arab jaman dulu, menjelaskan banyak hal yang mencengangkan. Lebih baik saya sebutkan dalam poin-poin saja ya teman-teman...

Inskripsi Arab ada di pinggir jilbab Bunda Maria (sumber)
1. Dalam lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus (The Virgin and The Child) karya Ugolino di Nerio, yang dipajang di Museum Louvre terdapat tulisan Arab Pseudo Kufic di kerudung yang dipakai Bunda Maria. Tulisan tersebut berbunyi "Laa Illaha Ilallaah" (tiada tuhan selain Allah). Tulisan Arab Kufic juga banyak ditemukan di lukisan-lukisan artefak Umat Katolik yang lain. Ada juga tulisan Arab Kufic di jubah seorang raja Katolik taat yaitu Raja Roger II of Sicily dari Austria.

Mengapa bisa demikian? Marion lantas menjelaskan bahwa dulu Timur Tengah dikenal dengan ilmu pengetahuan, seni dan budayanya. Sehingga banyak orang Eropa bepergian ke Timur Tengah dan membeli kain, permadani, lukisan dan lain sebagainya. Dalam barang-barang yang diperdagangkan itu seringkali terdapat tulisan tauhid seperti di atas dan akhirnya ditiru oleh orang-orang Eropa.

2. Bangunan-bangunan dan lokasi bersejarah di Paris yaitu Monumen le Defense, Arc du Triomphe de l'Etoile, jalan Champ Elysees, Tugu Obelisk, Arc du Triomphe de Carrousel dan Museum Louvre berada pada satu garis lurus dan garis tersebut mengarah ke Ka'bah (Makkah), Arab Saudi. Beberapa di antara bangunan tersebut diperintahkan dibangun oleh Napoleon Bonaparte, penakluk Eropa dari Perancis yang sangat terkenal itu. Arc du Triomphe de l'Etoile dan de Carrousel itu adalah bangunan berbentuk gerbang itu lho.

Kata Marion, Napoleon Bonaparte sangat mengagumi dan menghormati peradaban Islam. Ia juga mengeluarkan Napoleonic Code yang pasal-pasalnya mirip syariah Islam. Menurut info dari Marion, salah satu tangan Napoleon yaitu Jenderal Francois Menou telah masuk Islam jadi bukan tidak mungkin bahwa Napoleon sendiri adalah seorang Muslim.

3. Sekarang di Museum Louvre telah dibangun Center of Islamic art di Cour Visconti, halaman terbesar kedua di Louvre setelah Cour Napoleon di mana bangunan piramid Napoleon berada). Center of Islamic Art ditutup dengan atap kubik besar berbentuk permadani terbang, atau mirip juga dengan hijab atau jilbab. Sesuatu banget ya, untuk Islamic Art sampai dibuatkan tempat seperti itu. Berikut saya cuplik fotonya dari sebuah website,

Tampak Samping Center of Islamic Art di Louvre diambil dari sumber ini
Makin ke belakang saya baca bukunya, ada kisah Mba Hanum pergi ke Cordoba, Spanyol. Kalau sekarang yang dapat julukan The City of Light adalah Paris, Cordoba ini terkenal dengan sebutan The True City Of Light (Kota Cahaya). Dulu, Cordoba adalah pusat inspirasi Eropa, karena disanalah segala agama hidup berdampingan dalam damai di bawah kepemimpinan seorang pemimpin Muslim. Tempat di mana agama dan ilmu pengetahuan juga diterapkan bersama-sama, hingga akhirnya peradaban di Cordoba porak poranda oleh Perang Salib. Disinilah sebuah Masjid Agung diubah menjadi Katedral yang sekarang dinamakan Mezquita.

Syukur saya kepada Allah, dengan pengetahuan ini saya jadi semakin penasaran mempelajari sejarah Islam. Islam yang menularkan ajarannya secara damai, juga melalui ilmu pengetahuan, seni dan budaya. Saya panjatkan doa saya pada-Nya, semoga saya diberi usia dan kesempatan untuk mengunjungi situs-situs sejarah Islam di Eropa.

Semoga Allah mengabulkan. Aamiiin. Allah Almighty Knows Best.



Tuesday, February 05, 2013

Misteri Gog dan Magog, Kaum yang Terpenjara

Alkisah, Iskandar Dzul Karnain, seorang penguasa agung yang namanya disebut salah satunya dalam Al Quran. "Sesungguhnya Kami telah memberi kekuasaan kepadanya di (muka) bumi, dan Kami telah memberikan kepadanya jalan (untuk mencapai) segala sesuatu."

Konon, Dzulkarnain adalah nama lain dari Alexander The Great, Raja dari Macedonia 3 abad sebelum masehi. Ia berhasil menaklukkan sebagian Benua Eropa dan Asia Selatan. Ia juga menaklukkan Imperium Persia yang kala itu dipimpin oleh Raja Darius III. Ia ahli berperang, dalam Wikipedia ditulis, bahkan strategi perangnya masih dirujuk oleh militer modern saat ini.

Suatu kali, setelah melakukan beberapa penaklukan, Dzul Karnain kembali menempuh perjalanan ke arah yang lain. Hinga ia tiba di sebuah daerah di antara dua gunung. Dikisahkan Dzul Karnain bertemu dengan "suatu kaum yang hampir tidak mengerti pembicaraan", atau tidak fasih dalam berbahasa. Kaum itu meminta bantuan kepada Dzul Karnain untuk menangkap dan memenjarakan suatu kaum lainnya yang bernama Gog dan Magog. Kaum itu berkata "sesungguhnya Gog dan Magog adalah orang-orang yang membuat kerusakan di muka bumi".

Dzul Karnain menyanggupi permintaan tersebut. Maka mulailah ia membangun benteng untuk memenjarakan Gog dan Magog. Benteng dibuat dengan besi dan tembaga yang dilelehkan, hingga Gog dan Magog terpenjara dalam benteng itu dan tidak sekali pun mereka dapat mendaki atau pun melubanginya.

Sebetulnya Al Qur'an menyebut Gog dan Magog sebagai Ya'juj dan Ma'juj. Mereka adalah keturunan Nabi Adam melalui Nabi Nuh. Diceritakan bahwa dua kaum ini akan dibebaskan dari penjara yang dibuat Dzul Karnain, menjelang Hari Kiamat sebagai salah satu tanda bahwa kehidupan ini akan segera berakhir. Mereka akan kembali berbuat kerusakan di bumi, dan tidak ada seorang pun yang dapat menghentikannya.

Seperti yang dikatakan Dzul Karnain setelah selesai membuat benteng, "Benteng ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh, Kami biarkan mereka pada hari itu bercampur aduk satu dengan yang lain, hingga ditiup lagi sangkakala..."

Hari demi hari Kaum Gog dan Magog terus berusaha membebaskan diri dari benteng dengan mendaki dan melubangi benteng. Tapi setiap mereka membuat lubang kecil di benteng tersebut, esok harinya lubang akan kembali tertutup. Hal ini mengingatkan saya tentang Film The Dark Knight Rises, saat adegan orang-orang yang dihukum dalam sebuah ruangan bawah tanah, mecoba naik ke permukaan, namun tak ada satu pun yang berhasil keluar kecuali Bane dan Seorang Anak Kecil yang akhirnya menjadi musuh Batman.


Ciri-ciri Kaum Gog dan Magog antara lain berwajah lebar, bermata sipit, di tengah kepalanya terdapat rambut putih dan saat mereka terbebas, mereka akan menuruni lereng gunung seperti banjir bandang.

Banyak referensi online yang membahas mengenai Gog dan Magog alias Ya'juj dan Ma'juj. Namun referensi yang saya baca bersumber dari Wikipedia. Untuk link lainnya adalah artikel dari Islam Online berjudul Ya'juj dan Ma'juj: The Disbelievers. Sementara, referensi yang paling utama adalah Al Qur'an Surat Al Kahfi ayat 83 - 100. Mari kita meng-imani adanya Hari Kiamat sebagai salah satu Rukun Iman dengan mengenal tanda-tandanya.

Wallahu 'alam bishowab. Allah Almighty Knows Best.




Sunday, January 27, 2013

Fly Me to Central Park, Please...

Beberapa hari yang lalu saya nonton film berjudul "What to expect, when you're expecting". Saya ngga pengen nulis soal cerita filmnya. Sebab, perhatian saya justru tersita pada lokasi shootingnya. Lokasi saat adegan para ayah dalam film tersebut selalu membawa anak-anak mereka jalan-jalan sambil ngerumpi. Ya, saya mengenali lokasi itu sebagai Central Park, Manhattan, New York -kendati saya belum pernah sekali pun pergi ke sana.

Saya pengagum taman. Sewaktu saya masih kanak-kanak, saya takjub sekali dengan rumah-rumah orang kaya di suatu kompleks di dekat desa saya. Rumah-rumah tersebut selalu dilengkapi dengan taman. Taman dengan rumput yang hijau empuk, tanaman palem berbagai ukuran, batu-batuan warna-warni, kolam ikan, air mancur, jembatan buatan dan ayunan kecil.

Bila saya mampir ke sebuah kota untuk perjalanan, yang pertama kali saya perhatikan adalah tamannya. Saya tertegun setelah sekian lama saya tidak pergi ke Surabaya, kini kota itu berubah jadi cantik gara-gara taman yang dibangun, hijau dimana-mana. Hingga Surabaya saya nobatkan sebagai kota favorit saya. Bandung, kota tempat saya tinggal sekarang pun, yang katanya kota kembang itu, kalah deh sama Surabaya.

Saya sering melewatkan Sabtu Pagi saya untuk jogging di taman depan kantor. Melihat bunga-bunga yang mekar di sana membuat tangan saya gatal untuk mengambil gambar. Imajinasi saya, kalau saya dikasih uang dan kewenangan mengurus taman tersebut, kayaknya saya bisa bikin penampilan taman jadi lebih indah lagi deh. Kalau nanti saya punya rumah pun, mau sekecil apa, saya pengen bikin taman di rumah saya itu.

Kembali ke soal Central Park. Perkenalan saya dengan taman ini berawal ketika dosen favorit saya, Prof. Dr. Deddy Mulyana memberi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Komunikasi Budaya, kita diminta membahas soal lansekap. Saya dan rekan saya akhirnya memutuskan menulis soal taman. Kita berselancar bersama Om Google dan akhirnya menemukan profil Central Park, salah satu taman kota terbesar di dunia.

Central Park tu luas banget, lebih dari 800 hektar luasnya. Kata teman saya yang pernah ke sana, gak cukup sehari deh menjelajah taman itu. Panjangnya saja mencapai beberapa blok komplek rumah dan perkantoran di Manhattan. Taman ini dibangung, karena seiring dengan perkembangan pesat New York dengan gedung bertingkatnya yang mengeluarkan polusi gas rumah kaca, dirasa perlu ada suatu paru-paru kota. Plus, masyarakatnya yang pada gila kerja juga bikin pemerintahnya memikirkan tempat hiburan yang bisa bikin pikiran jenuh dan badan pegel-pegel jadi plong lagi.

Sebelum membangun Central Park, pemerintah New York sampai harus ngegusur dan ngerelokasi pemukiman kumuh Afro-Amerika lho. Tapi ya mereka lumayan sukses melakukannya. Terus desain taman dibuat sama kolaborasi dua arsitek eropa gitu. Berkat kreativitas mereka lah tercipta sebuah taman multifungsi.

Selain sering banget buat syuting film, Central Park juga sering dipake buat menggelar konser musik dan tempat olah raga. Terus di dalamnya juga ada kebun binatangnya. Koleksi pepohonan dan tumbuhan di sana bahkan lebih dari 11.000 spesies. Pengunjung bisa mancing di danau-danau dan reservoar yang ada di sana. Kalau pas winter, danaunya bisa dipake buat ice skating, woww. Hal yang bikin ngiler juga adalah adanya museum buku dan bahkan kastil buat mempelajari astronomi. Kemudian, jembatan-jembatan sama patung-patung unik di Central Park juga bikin saya jatuh cinta sama taman ini.

Eh kalo gak salah ada satu jembatan yang dipake buat syuting adegan film Spiderman 3 kalo gak salah. Pas MJ mutusin si Peter Parker gara-gara dipengaruhi Harry. Jembatannya warna putih dan panjang dan bernama Bow Bridge. Tuh gambarnya saya cuplik dari Websitenya. Duh, gimana gak makin pengen ke sana coba. Kapan yaa Taman Pramuka di Bandung, Taman Buah Mekarsari di Bogor atau Taman Pintar di Yogya dipake buat syuting Spiderman... #ngarep mode on

Sementara, sebelum saya bisa pergi ke Central Park, saya browsing-browsing aja dulu di The Official Website of Central Park, New York City. Semakin browsing, semakin pengen berkunjung ke sana. Yaudah lah, daripada jauh-jauh entar berkunjung ke Kebun Raya Bogor dulu aja, atau cagar alam yang ada di Indonesia. Kayaknya ga kalah menariknya.




 

Bapak Teladan

Kutipan cerita ibu saya, waktu bicara lewat telepon pagi ini:

"Dulu waktu ibuk ikut prajab tiga bulan di Solo, ada yang dapet predikat bapak teladan dari para peserta prajab di sana. Setiap hari bapak itu menggendong anaknya yang masih bayi sambil menunggui istrinya yang sedang prajab. Dia gak kenal lelah, padahal prajab itu berlangsung dari pagi sampai malam. Dia terus seperti itu, menunggu di luar ruangan sambil menggendong bayinya dan sesekali membantu bayinya minum susu dari botol."

"Orang-orang memujinya, karena bahkan setelah istrinya selesai prajab dan sang bayi kembali ke pelukan istrinya, dia langsung melanjutkan perjalanan ke Semarang. Itu karena istrinya masih kos dan di kos tidak boleh ada laki-laki yang menginap. Pagi harinya dia menemui istrinya lagi di lokasi prajab untuk kembali menjaga bayinya. Begitu dia lakukan tiap hari, selama istrinya prajab, sementara dia belum mendapat pekerjaan. Tiap akhir minggu, baru dia dapat berkumpul kembali dengan istri dan bayinya."

"Dia adalah bapakmu, dan bayi itu adalah kamu"



Monday, January 21, 2013

Tentang Rasa

Rasa, kau sebenarnya datang darimana?
Dari pikiran sang otak
Atau dari asa si hati
Tolong beritahu aku

Kenapa rasa?
Tiap kali otak bekerja
Dia bilang mudah sekali membuatmu
datang dan pergi
Tapi beda soal kata si hati
sepertinya dia punya alam sendiri
untuk menyimpanmu

Aku curiga,
Jangan-jangan kau berkong-kalikong dengan waktu
Entah kau ini bermuka berapa
pun susah menerka apa maumu
tapi waktu biasa menang
atasmu

Baiklah, mari kita tanya sang waktu.