Wednesday, December 25, 2019

Apa sih yang Sebenarnya Dicari oleh Karyawan yang Memilih Kerja di BUMN?

Bekerja di Telkom. (Source: http://instagram.com/livingintelkom)

Gaji? Pensiunan? Gampang izin-izin? Hmmm mungkin saja. Kalau ngomongin soal gaji, banyak perusahaan non-BUMN yang gajinya lebih gede. Dapat pensiunan? Engga juga sih, karena sekarang banyak BUMN sudah mewajibkan karyawannya menabung sendiri di lembaga keuangan di luar perusahaan. Terus kalau soal gampang izin-izin, bahkan sekarang perusahaan non-BUMN juga banyak yang menawarkan flexible working hours.

Gue udah 10 tahun lebih bekerja di Telkom, salah satu BUMN (Badan Usaha Milik Negara) di Indonesia. Gue mendapati bahwa yang paling dicari oleh karyawannya dan membuat mereka ingin kerja di Telkom adalah fasilitas kesehatannya guys! Kenapa? Ini gue kasih jawabannya.

Fasilitas kesehatannya itu unlimited guys! Kalau kita karyawan aktif, fasilitas kesehatan bakal berlaku buat pasangan kita dan maksimal 3 anak kita. Unlimited itu buat biaya kalau seumpama kita atau keluarga kita sakit, apalagi yang perlu perawatan medis intensif. Gue bandingin sama beberapa perusahaan maupun fasilitas asuransi lain, rata-rata memakai kuota, jadi kalau kita menjalani perawatan yang biayanya melebihi plafon atau tidak termasuk dalam tanggungan, maka udah pasti kita harus membayar kelebihannya.

Gue pernah dapat cobaan, janin gue yang masih berusia 30 minggu dalam rahim gue divonis mengalami sumbatan usus atresia duodenum dan dokter spesialis mengatakan kalau janin sudah dilahirkan dia harus segera menjalani operasi. Jika tidak dilakukan operasi maka pencernaan bayi tidak akan bisa memproses makanan sama sekali. Dokter juga meminta gue dan suami bersiap untuk biayanya.

Gue bersyukur banget ada fasilitas kesehatan yang tadi gue ceritain. Selama 40 hari bayi gue harus dirawat di NICU (Neonatal Intensive Care Unit) di dalam inkubator dengan bermacam-macam infus dan terapi. Belum lagi operasi bedah khusus anak dan gue sendiri melahirkan sesar serta harus dirawat sebelumnya karena menderita polyhydramnion gara-gara case di atas. Semua dibiayai sama kantor guys.


Bayi gue saat dirawat di incubator (Source: Foto Pribadi)

Gue sempat ngga sengaja dengerin ortunya bayi lain yang juga dirawat di NICU. Kebetulan mereka menggunakan asuransi milik pemerintah dan ternyata tidak semua biaya bisa ditanggung. Untuk kasus bayi gue, gue juga ngga tahu berapa tepatnya total biaya yang dibayarkan perusahaan, tapi gue denger dari teman gue yang profesinya perawat, biaya yang dibayarkan itu bisa buat beli satu unit mobil SUV 7-seater baru. Biaya perawatan di NICU saja satu harinya bisa lebih dari 5 juta rupiah, belum biaya bedah bayinya.

Itu salah satu pengalaman gue yang paling ngena di ingatan gue saat dibantu dengan fasilitas kesehatan kantor. Meskipun kalau dirasa ada juga dari fasilitas kesehatan ini yang kurang enak. Jadi ya, fasilitas kesehatan karyawan Telkom ini ngga pakai kartu-kartu yang bisa gesek gitu, memang kurang praktis. Kalau kita sakit yang standar misalnya flu, kita diharuskan periksa dulu ke klinik yang dikelola oleh Yayasan Kesehatan (Yakes) Telkom, tidak bisa langsung ke dokter ahli. Baru ketika dokter kantor memberikan rujukan, kita bisa periksa ke dokter ahli. Obat-obatan kalau rawat jalan juga ada ketentuan harga tersendiri yang ditetapkan perusahaan. Tapi setidaknya, kita tidak terlalu dikekang oleh kuota yang seringkali diterapkan untuk fasilitas kesehatan berbasis kartu.


Keramaian di depan salah satu klinik Yakes Telkom
(Source: http://instagram.com/yakestelkom)
Istimewanya lagi ya guys, di Telkom, karyawannya dapat general check-up kesehatan rutin tiap tahun serta diberikan fasilitas yang sifatnya lebih antisipatif terhadap penyakit. Misalnya fasilitas fitness center maupun berlangganan fasilitas olahraga di luar yang dimiliki kantor. Selain itu, kalau karyawan-karyawan Telkom zaman baheula bahkan dapat fasilitas kesehatannya sampai pensiun lho. Duh gue juga pengen bisa sampai pensiun ni ditanggungnya, hehehe maunyaa.

Ngga ada orang yang pengen sakit, apalagi yang parah-parah. Emang lebih baik kita berusaha menjaga kesehatan dengan mengendalikan makan dan berolahraga. Hanya saja pas kita emang dapat cobaan berupa sakit, kita juga ngga pengen kepikiran soal biaya tentunya. Pengennya kan fokus menyembuhkan penyakit yang diderita.

Nah, makanya gue saranin kalau cari kerja bisa juga dicek dulu soal fasilitas kesehatannya. Gaji aduhai, kerjaan keren tapi kalau pas sakit kitanya bingung kan kurang oke juga. Memang kalau untuk BUMN juga tergantung banget ya sama kinerja BUMNnya. Tapi menurut pengalaman gue dan teman-teman gue di kantor, yakin deh poin fasilitas kesehatan layak buat dipertimbangkan.