Monday, December 28, 2009

Ketika Kita Berkumpul

Suatu hari, kami, 4 orang bersahabat mendapati salah satu dari kami akan menikah. Dua orang di antara kami terlambat mengetahui informasi tersebut sehingga hanya salah satu yang memiliki kesempatan menjadi saksi dalam pernikahan.


Akhirnya kami membuat janji bertemu dua minggu setelah hari H, mengunjungi sahabat yang menikah. Pertemuan yang mengharukan. Diawali dengan membangunkan sang penganten baru kala mereka sedang tidur siang bersama, hihihi.


Pembicaraan dimulai dengan senda gurau, canda-canda mengenai penganten baru. Maklum kami bertiga merasa aneh, sahabat yang dulu hanya segerombolan anak kecil tiba-tiba salah satu di antaranya sudah melangkah ke jenjang hidup yang lebih tinggi. Ada sebuah gejolak ketidakpercayaan, nostalgia dan perasaan malu-malu.


Berikutnya dibumbui dengan curahan hati, bahwa salah satu di antara kami, ingin cepat-cepat menyusul. Tapi orang tuanya belum menyetujui niatnya. Kakak perempuannya yang paling tua belum jua menemukan tambatan hatinya membuat sahabat yang ini tersandung. Bolak-balik dia bilang, “Aku pengen cepet kawin!!!”. Hahaha, kami tergelak dibuatnya.


Yang lain menimpali dengan kabar bahwa setelah tiga setengah tahun pacaran, dia putus dengan pacarnya. Kini di saat tuntutan untuk berumah tangga semakin menggema di sekelilingnya, dia harus berjuang mendapatkan yang baru.


Satu orang lagi, kelihatan adem ayem padahal masih jomblo, dia bercerita sedang dekat dengan seseorang lelaki yang baru dikenalnya melalui situs jejaring sosial. Ketika sedang asik berbincang, teleponnya berdering, “Dari cowok ituu”, katanya sambil tersenyum centil, memutuskan keluar ruangan supaya lebih khidmad melanjutkan obrolan kangennya.


Entahlah, banyak ungkapan yang ingin kami utarakan dari mulut ini, tapi yang terdengar hanya tawa kebahagiaan. Bersyukur kami masih bisa melalui segala keajaiban ini bersama. Salah satu dari kita berseloroh, “Mari kita saling mendoakan supaya setahun lagi, kita tidak hanya kumpul ber-empat, melainkan ber-delapan. Dua tahun berikutnya bias jadi ber-duabelas, hehehehe”. Aamiiin.