Pada bangunan vihara yang paling besar, di puncak bukit, terdapat tempat berdoa kepada para dewa. Banyak sekali patung dewa-dewa Cina diletakkan di sebuah altar lengkap dengan dupa dan sesaji di sekelilingnya. Setiap pengunjung yang hadir ditawarkan untuk berdoa di hadapan para dewa. Melalui beberapa prosesi, pengunjung dapat berdoa dan mengajukan satu hal untuk ditanyakan pada para dewa. Konon para dewa itu akan segera menjawabnya.
Teman saya pun mencobanya. Dia diminta menyebutkan pertanyaan dalam hati. Kemudian penjaga vihara melemparkan sepasang batu ke altar yang sesaat kemudian batu tersebut jatuh dalam posisi satu menelungkup dan satu menengadah. Sang penjaga viara lalu meminta teman saya mengambil sebuah benda mirip sumpit di antara sekian banyak benda yang sama dan terletak dalam satu wadah. Cara pengambilannya mirip undian.
Setelah terpilih satu sumpit, Sang Penjaga mengamati sumpit tersebut lantas menuju ke sebuah papan di salah satu dinding ruangan. Papan tersebut memiliki banyak kotak-kota di mana di dalamnya terletak banyak kertas-kertas bertuliskan tulisan Cina. Sang Penjaga mengambil salah satu kertas di antaranya dan sepertinya ia mencocokkannya dengan sumpit yang terpilih. Saya tidak tahu berdasarkan apa.
Di balik kertas itu ada tulisan Cina yang lebih kecil dan terangkai dalam paragraf. Sang Penjaga pun menterjemahkan dan membacakannya untuk teman saya. Saya lupa apa tepatnya isi pesan di dalam kertas tersebut.
Tertarik dengan pengalaman teman saya, saya pun menerima tawaran sang penjaga untuk berdoa di altar para dewa. Setelah bersiap, sang Penjaga meminta saya menyebutkan pertanyaan saya dalam hati. Terus terang, sebelum mencoba berdoa, saya sempat ragu terhadap hal ini. Khawatir bahwa yang saya lakukan termasuk tindakan yang dilarang oleh agama saya. Oleh karenanya, ketika diminta mengutarakan pertanyaan, dalam hati saya mengucap seperti ini: "Ya Allah berikan lah petunjukmu melalui hal ini, saya ingin tahu tentang karir saya".
Setelah itu, Sang Penjaga melempar sepasang batu, persis seperti yang ia lakukan dengan teman saya tadi. Tapi anehnya Sang Penjaga berkata bahwa lemparan pertama gagal. Sehingga saya harus mengulang pertanyaan saya. Sampai tiga kali lemparan batu, tetap saja Sang Penjaga bilang bahwa saya gagal. Para dewa tidak mau memberikan petunjuknya, katanya. Karena batunya semuanya sama-sama menelungkup atau sama-sama menengadah. Petunjuk baru akan muncul saat batu itu satu menengadah dan satu menelungkup. Sang penjaga menambahkan bahwa kegagalan saya akibat saya tidak yakin dan percaya pada para dewa sehingga mereka kecewa kepada saya.
Dan saya pun bingung. Saya meninggalkan vihara dan melanjutkan perjalanan, masih dengan rasa penasaran mengapa dewanya tidak mau menjawab pertanyaan saya. Sekian.
Oiya, buat yang mau liat video perjalanan saya ke belitong, bisa klik di bawah ini :)
2 comments:
aahhh...jadi pengen nyobaiinn :D
mau nanya "kira-kira, dude herlino jodohku bukan?" :p
wiih ajaib yahh
jadi intinya harus percaya,,,
jadi dek bunga,,,percaya aja deh,,,
kalo emang jodoh ga akan kemana, asal kenal dulu ajah,,, *mantengin no HP dude
Post a Comment