Beberapa hari yang lalu saya nonton film berjudul "What to expect, when you're expecting". Saya ngga pengen nulis soal cerita filmnya. Sebab, perhatian saya justru tersita pada lokasi shootingnya. Lokasi saat adegan para ayah dalam film tersebut selalu membawa anak-anak mereka jalan-jalan sambil ngerumpi. Ya, saya mengenali lokasi itu sebagai Central Park, Manhattan, New York -kendati saya belum pernah sekali pun pergi ke sana.
Saya pengagum taman. Sewaktu saya masih kanak-kanak, saya takjub sekali dengan rumah-rumah orang kaya di suatu kompleks di dekat desa saya. Rumah-rumah tersebut selalu dilengkapi dengan taman. Taman dengan rumput yang hijau empuk, tanaman palem berbagai ukuran, batu-batuan warna-warni, kolam ikan, air mancur, jembatan buatan dan ayunan kecil.
Bila saya mampir ke sebuah kota untuk perjalanan, yang pertama kali saya perhatikan adalah tamannya. Saya tertegun setelah sekian lama saya tidak pergi ke Surabaya, kini kota itu berubah jadi cantik gara-gara taman yang dibangun, hijau dimana-mana. Hingga Surabaya saya nobatkan sebagai kota favorit saya. Bandung, kota tempat saya tinggal sekarang pun, yang katanya kota kembang itu, kalah deh sama Surabaya.
Saya sering melewatkan Sabtu Pagi saya untuk jogging di taman depan kantor. Melihat bunga-bunga yang mekar di sana membuat tangan saya gatal untuk mengambil gambar. Imajinasi saya, kalau saya dikasih uang dan kewenangan mengurus taman tersebut, kayaknya saya bisa bikin penampilan taman jadi lebih indah lagi deh. Kalau nanti saya punya rumah pun, mau sekecil apa, saya pengen bikin taman di rumah saya itu.
Kembali ke soal Central Park. Perkenalan saya dengan taman ini berawal ketika dosen favorit saya, Prof. Dr. Deddy Mulyana memberi tugas kelompok untuk Mata Kuliah Komunikasi Budaya, kita diminta membahas soal lansekap. Saya dan rekan saya akhirnya memutuskan menulis soal taman. Kita berselancar bersama Om Google dan akhirnya menemukan profil Central Park, salah satu taman kota terbesar di dunia.
Central Park tu luas banget, lebih dari 800 hektar luasnya. Kata teman saya yang pernah ke sana, gak cukup sehari deh menjelajah taman itu. Panjangnya saja mencapai beberapa blok komplek rumah dan perkantoran di Manhattan. Taman ini dibangung, karena seiring dengan perkembangan pesat New York dengan gedung bertingkatnya yang mengeluarkan polusi gas rumah kaca, dirasa perlu ada suatu paru-paru kota. Plus, masyarakatnya yang pada gila kerja juga bikin pemerintahnya memikirkan tempat hiburan yang bisa bikin pikiran jenuh dan badan pegel-pegel jadi plong lagi.
Sebelum membangun Central Park, pemerintah New York sampai harus ngegusur dan ngerelokasi pemukiman kumuh Afro-Amerika lho. Tapi ya mereka lumayan sukses melakukannya. Terus desain taman dibuat sama kolaborasi dua arsitek eropa gitu. Berkat kreativitas mereka lah tercipta sebuah taman multifungsi.
Selain sering banget buat syuting film, Central Park juga sering dipake buat menggelar konser musik dan tempat olah raga. Terus di dalamnya juga ada kebun binatangnya. Koleksi pepohonan dan tumbuhan di sana bahkan lebih dari 11.000 spesies. Pengunjung bisa mancing di danau-danau dan reservoar yang ada di sana. Kalau pas winter, danaunya bisa dipake buat ice skating, woww. Hal yang bikin ngiler juga adalah adanya museum buku dan bahkan kastil buat mempelajari astronomi. Kemudian, jembatan-jembatan sama patung-patung unik di Central Park juga bikin saya jatuh cinta sama taman ini.
Eh kalo gak salah ada satu jembatan yang dipake buat syuting adegan film Spiderman 3 kalo gak salah. Pas MJ mutusin si Peter Parker gara-gara dipengaruhi Harry. Jembatannya warna putih dan panjang dan bernama Bow Bridge. Tuh gambarnya saya cuplik dari Websitenya. Duh, gimana gak makin pengen ke sana coba. Kapan yaa Taman Pramuka di Bandung, Taman Buah Mekarsari di Bogor atau Taman Pintar di Yogya dipake buat syuting Spiderman... #ngarep mode on
Sementara, sebelum saya bisa pergi ke Central Park, saya browsing-browsing aja dulu di The Official Website of Central Park, New York City. Semakin browsing, semakin pengen berkunjung ke sana. Yaudah lah, daripada jauh-jauh entar berkunjung ke Kebun Raya Bogor dulu aja, atau cagar alam yang ada di Indonesia. Kayaknya ga kalah menariknya.
Sunday, January 27, 2013
Bapak Teladan
Kutipan cerita ibu saya, waktu bicara lewat telepon pagi ini:
"Dulu waktu ibuk ikut prajab tiga bulan di Solo, ada yang dapet predikat bapak teladan dari para peserta prajab di sana. Setiap hari bapak itu menggendong anaknya yang masih bayi sambil menunggui istrinya yang sedang prajab. Dia gak kenal lelah, padahal prajab itu berlangsung dari pagi sampai malam. Dia terus seperti itu, menunggu di luar ruangan sambil menggendong bayinya dan sesekali membantu bayinya minum susu dari botol."
"Orang-orang memujinya, karena bahkan setelah istrinya selesai prajab dan sang bayi kembali ke pelukan istrinya, dia langsung melanjutkan perjalanan ke Semarang. Itu karena istrinya masih kos dan di kos tidak boleh ada laki-laki yang menginap. Pagi harinya dia menemui istrinya lagi di lokasi prajab untuk kembali menjaga bayinya. Begitu dia lakukan tiap hari, selama istrinya prajab, sementara dia belum mendapat pekerjaan. Tiap akhir minggu, baru dia dapat berkumpul kembali dengan istri dan bayinya."
"Dia adalah bapakmu, dan bayi itu adalah kamu"
"Dulu waktu ibuk ikut prajab tiga bulan di Solo, ada yang dapet predikat bapak teladan dari para peserta prajab di sana. Setiap hari bapak itu menggendong anaknya yang masih bayi sambil menunggui istrinya yang sedang prajab. Dia gak kenal lelah, padahal prajab itu berlangsung dari pagi sampai malam. Dia terus seperti itu, menunggu di luar ruangan sambil menggendong bayinya dan sesekali membantu bayinya minum susu dari botol."
"Orang-orang memujinya, karena bahkan setelah istrinya selesai prajab dan sang bayi kembali ke pelukan istrinya, dia langsung melanjutkan perjalanan ke Semarang. Itu karena istrinya masih kos dan di kos tidak boleh ada laki-laki yang menginap. Pagi harinya dia menemui istrinya lagi di lokasi prajab untuk kembali menjaga bayinya. Begitu dia lakukan tiap hari, selama istrinya prajab, sementara dia belum mendapat pekerjaan. Tiap akhir minggu, baru dia dapat berkumpul kembali dengan istri dan bayinya."
"Dia adalah bapakmu, dan bayi itu adalah kamu"
Subscribe to:
Posts (Atom)