Judul diatas mungkin agak lebay buat pengalamanku. Karena aku yakin banyak yang lebih 'gila' dan hebat berjuang untuk punya anak dibanding aku. Jangankan aku yang kepingin punya anak kedua, di luar sana para istri pun banyak yang masih berjuang demi anak pertama. Apalah kisahku ini.
Singkat kata aku sempat disebut mengalami infertilitas sekunder. Infertilitas sekunder merujuk pada perempuan yang susah memperoleh anak kedua dan seterusnya. Kalau susah punya anak pertama namanya infertilitas primer.
Aku ngga KB sejak melahirkan anak pertama Tahun 2015 lalu. Sekitar delapan bulan setelah melahirkan aku memperoleh haidku kembali dan tepat setahun usia anak pertamaku aku dan suami mulai mengusahakan anak kedua. Iyess kejar setorannn wkwkwk...
Konsul ke Dokter Obgyn
Setahun kami ikhtiar, tidak membuahkan hasil. Akhirnya kami memutuskan konsultasi ke pakar kesehatan. Keputusan tersebut juga dilatarbelakangi oleh tidak teraturnya menstruasi yang aku alami. Pola menstruasiku yang biasanya rutin jadi sering terlambat, volume serta durasi-nya juga tidak seperti sebelum punya anak pertama. Hari itu kami minta rujukan ke tempat layanan kesehatan yang disediakan oleh kantor dan diberikan rujukan ke dokter obgyn.
Usai diperiksa oleh dokter, aku dinyatakan mengalami PCOS (polycistic ovary syndrome), sindrome PCOS lah yang mengganggu kesuburanku, tepatnya keseimbangan hormon reproduksiku. Dokter menjelaskan bahwa jika aku punya riwayat penyakit diabetes, gula maupun darah tinggi dalam keluarga; kemungkinan besar penyebabnya ada pada makanan yang sering aku makan. Dokter kemudian memberikan resep terapi vitamin yang harus dikonsumsi setiap hari yaitu Ovacare dan Natur-E serta memberikan daftar diet makanan.
Whattt??? Diet makanan??? iyaa... daftar tersebut berisi bahan makanan serta turunannya yang tidak boleh aku konsumsi sama se-ka-li. Kalian pengen tahu apa aja? yak bahan makanan itu antara lain: ayam (bahkan ayam kampung pun tidak boleh), telur ayam (malah justru boleh makan telur puyuh dan telur bebek), bakso (nah lohhh), kopi (ya ampuunnn), coklat (huhuhuhu) dan semangka.
Ngga hanya aku, suamiku juga diminta diet. Suamiku justru boleh makan ayam tapi malah tidak boleh mengkonsumsi perdagingan dan keju susu. Bahan lainnya hampir mirip dengan daftar punyaku. Kalau aku setidaknya masih boleh makan daging masih lega lah.
Apa aku lakukan saran dokter itu? iyaaa aku lakukan, hanya saja untuk turunannya yang tidak sanggup aku hindari, masih agak longgar, misal: roti atau lemper yang ada ayamnya. Kan lucu kalau lagi laper parah trus yang ada cuma lemper kemudian bela-belain ngga makan atau sibuk misahin ayamnya, wkwkwk.
Aku mengonsumsi vitamin yang diberikan dokter selama tiga bulan, namun belum terlihat perkembangan yang berarti selain kulitku tambah halus karena asupan vitamin E #eaaaaaa. Aku memutuskan menghentikan konsultasiku dengan dokter tersebut, meski diet yang ia sarankan tetap aku jalani untuk alasan kesehatan. Alasanku berhenti juga karena dicereweti petugas layanan kesehatan kantor bahwa untuk program hamil, sebenarnya biayanya tidak ditanggung perusahaan, huks huks.
Mencoba Cara Tradisional
Beberapa waktu kemudian, aku berikhtiar dengan cara lain. Gara-gara testimoni seorang sepupu yang rada unik. "Eh coba deh kamu dipijit sama Mbah S, sakit banget sihhh tapi aku kemarin habis dari sana trus hamil". Angkat koper lah aku pulang kampung, pas juga lagi dines ke Yogya sih. Rumahnya Mbah S ini di daerah pegunungan nan pelosok. Nekad ke sana mendaki gunung lewati lembah, udah mirip Ninja Hattori aja si aku nih.
"Biasanya pasien simbah banyak, jadi kita musti cepet", kata om-ku yang mengantar ke rumah Mbah S. Nyampai sana kok ternyata sepi yaa. "Iya nih tumben sepi" ujar si om. Haiyahh si om bisa aja. Sampai di rumahnya, ibuku yang ikut mendampingi langsung berbisik "Ibu dah siapin rokok, kamu tinggal ngamplopin uang aja yaa". Aku manggut-manggut.
Nah, aku mulai dipijat sama Mbah S ini di bilik tempat prakteknya, di atas dipan kayu yang alasnya anyaman belel. Aku dipijat di bagian kaki, paha dan perut sambil ibuku menceritakan hasil konsultasiku ke dokter, termasuk soal sel telur kecil-kecil gara-gara kena PCOS. Iya bener sakit euyyy dipijatnya, trus Mbah bilang "Wah iya nih sel telurnya gepeng-gepeng". Dalam hatiku, wah kok bisa mbah nya tahu yaa*sambil menahan sakit dan bau bantal si Mbah yang astaghfirullah apa ngga pernah dicuci ni sarung bantalnya.
Selesai dipijat, aku didoa-doain sama Mbah S, trus dikasih minyak apaa gituu, buat pegangan katanya. Waduh pegangan apa nih. Hihihi, kok si Mbah ini agak-agak gimanaa gitu yaa. Akhirnya berdasarkan pengalaman mendaki gunung lewati lembah ke rumah si Mbah, diam-diam aku memutuskan tidak mengunjunginya lagi untuk misi kehamilan ini.
Besoknya ibuku memaksaku pergi ke tukang pijat yang lain, ini namanya Pak T. Rumahnya ngga begitu jauh dari rumah orang tua ku di kampung. Di tengah kondisiku yang batuk pilek karena kecapekan aku pun ikut.
Ruang praktek Pak T ini jauh lebih bersih daripada punya Mbah S. Ada kasur dengan sprei yang bersih di atas dipan. Awalnya teman ibuku dulu yang dipijat, dari reaksinya kelihatan sekali pijat kali ini bakal jauh lebih sakit. Bener juga, aku hanya dipijit kaki, bagian samping paha, pundak dan kepala aja wah sakit banget.
Walau begitu, analisis Pak T ini lebih logis. Dia bilang aku ngga papa, kalau soal telat haid itu biasa, yang penting makanannya dijaga. Kemudian dia juga memberi tips untuk makan pucuk daun jambu mete (walau sampai sekarang belum aku lakukan, repot juga harus cari pohon jambunya).
Hormon Prolaktin Terganggu
Aku masih menjalani diet makanan sesuai anjuran dokter meski tidak terlampau ketat. Hingga pada awal Tahun 2018 aku tidak haid selama 2 bulan. Agak mengejutkan, tapi aku meyakini hal itu bukan karena hamil, sebab aku tidak merasakan gejalanya. ujung-ujungnya tetap mengandalkan test pack dulu demi memastikan, hasilnya ternyata negatif.
Agak khawatir, aku berkunjung ke dokter obgyn, kali ini mencoba dokter yang berbeda. Dokter tersebut mengatakan bahwa aku tidak hamil, ia juga bilang kalau tidak ditemukan gejala PCOS di kandunganku, tapi berhubung dari payudaraku keluar air susu maka dokter menyimpulkan bahwa penyebab aku tidak haid selama 2 bulan adalah tingginya kadar hormon prolaktin dalam tubuh.
Astaga, apa lagi itu ya hormon prolaktin tinggi? Kata dokter hormon prolaktin adalah hormon yang membantu produksi air susu dan karenanya ia menghambat produksi sel telur, istilahnya seperti KB alami. Itulah mengapa aku tidak haid dalam waktu yang cukup lama.
Menurunkan kadar prolaktin bisa dilakukan tapi akan tergantung pada sebabnya, sehingga kata dokter kadar prolaktinku harus dicek dulu untuk mengetahui seberapa tingginya. Pergilah aku ke lab, hasilnya kadar prolaktinku sekitar 40an poin, lebih tinggi daripada kadar maksimal yang berada sekitar 30 poin.
Setelah mendapatkan hasilnya, aku belum memutuskan apakah akan kembali konsultasi ke dokter atau tidak, soalnyaa begitu aku sadari dokternya judes, hahahaha (ya ampuunnn). Yah kadang pasien butuh dokter yang lebih memotivasi. Akhirnya aku googling sendiri, mencari tahu melalui forum ibu-ibu. Nyatanya banyak yang pernah mengalami hal yang sama denganku dan bahkan kadar hormon prolaktinnya sampai ratusannnn.
Aku baca-baca apa yang mereka lakukan untuk menurunkan kadar hormon prolaktinnya. Ibu-ibu yang tetap mengunjungi dokter diberikan obat tertentu, namun obat itu memiliki efek samping yaitu mual, hmmmm. Ibu-ibu yang tidak mengunjungi dokter memutuskan untuk hidup lebih sehat, banyak mengonsumsi buah-buahan seperti apel, strawberry, wortel, tomat. Wah opsi terakhir tampak lebih menarik. Bagian yang menyenangkan adalah manapun terapi yang dipilih, sesungguhnya mereka berhasil dan tidak menghalangi mereka untuk hamil.
Mencoba Hidup Lebih Sehat dan Mengkonsumsi Kurma Hijau
Pencarianku terhadap jalan keluar untuk hormon prolaktin memberikan inspirasi untuk hidup lebih sehat. Aku menyadari kedisiplinanku dalam berolahraga bisa dibilang sangat menurun setelah menikah. Saking niatnya atau entah hanya karena dorongan sesaat juga, aku beli sepeda lipat. Ceritanya biar bisa sepedaan sama suami dan anak. Yah setidaknya ada niat dulu ye kannn...
Aku juga meningkatkan 'kegilaanku' pada buah. Pernah suatu kali aku, suami dan anak jalan-jalan ke daerah perkebunan, ada petani tomat sedang panen, langsung kami borong tomat segar 2 kilogram. Tomat itu aku makan sehari satu buah.
Kalau konsumsi buah-buahan masih menjadi hobi sih, tapi lain hal dengan olahraga. Sejak beli sepeda, aku baru dua kali sepedaan, udah keburu Bulan Puasa. Tapi hal tersebut tidak menjadi masalah, aku bisa memanfaatkan Bulan Ramadan sebagai momentum untuk memanjatkan doa dan harapanku kepada Allah. Aku ingat betul di satu hari di Bulan Ramadan aku malah menangis sendirian di kamar, saking inginnya aku diberi anak kedua, aku mengadu kepada Allah sambil sesenggukan.
Suatu hari, masih di Bulan Ramadan, ada tetangga yang membagikan kontak penjual kurma hijau sebab ada tetangga lainnya yang ingin membeli kurma hijau ini untuk program hamil. Diam-diam aku menyimpan kontak tersebut dan mendatangi tokonya untuk memesan kurma hijau. Pesananku ini sampai di minggu pertama Bulan Ramadan, aku pun mendapat tips mengkonsumsi kurma hijau dari penjualnya yaitu diblender 3 atau 5 biji dengan dicampur satu sendok madu. Hasilnya....paittttt sodara-sodaraaaa, sepettt lebih tepatnya. Hadehhh...akhirnya byar pet juga jus kurma hijau ini kami konsumsi di Bulan Ramadan.
Tak terasa Bulan Ramadan berlalu, berganti dengan Bulan Syawal. Saat mudik aku agak iri mendengar bahwa sepupuku akhirnya berhasil hamil. Tapi aku harus mengendalikan rasa iri-ku karena sadar diri bahwa sepupuku itu baru hamil bahkan setelah hampir 4 tahun pernikahannya. Ah sudah lah, rejeki masing-masing orang berbeda. Agaknya aku harus bersabar.
Dua Garis Merah, Jawaban Allah untuk Doa dan Usaha
Usai Idul Fitri, aku menantikan haid ku selanjutnya, namun tak kunjung datang. Awalnya aku mengira hal itu sebagai hal yang biasa, karena aku memang sering terlambat datang bulan. Sampai akhirnya haid ku mundur hingga dua bulan sejak haid terakhir. Aku masih cuek, malah suamiku yang rewel minta agar aku beli alat tes kehamilan. Yah kuturuti saja, meski melakukan tes kehamilan ini sesuatu yang sebenarnya agak-agak menyiksa, takut hanya satu garisnya padahal kan kita udah harap-harap cemass pengen hamil.
Selepas Solat Subuh aku ke kamar mandi untuk melakukan tes urine kehamilan dan samar-samar muncul dua garis merah. Aku tidak percaya. Kupelototin terus alat tes urine itu, memastikan ini beneran garis atau lingkaran (lhoooo). Habisnya samar-samar sekali. Namun begitu, suamiku senang dengan hasil tersebut. Besoknya kita pergi ke bidan dan memang betul positif hamil. Alhamdulillah.
Untuk pasangan mana pun di luar sana yang sedang menunggu diberikan keturunan, jangan menyerah dan tetap optimis. Insya Allah rejeki datang tepat waktu dan tak akan tertukar.